New Icon: Pop in Asia

Center for Art and Community Management Surya University dengan bangga mempersembahkan New Icon: Pop in Asia, pameran seni kontemporer yang menampilkan karya 13 seniman Asia. Terinspirasi dan dipengaruhi oleh Budaya Pop, seniman menggabungkan gambar dan mekanisme media massa serta mengubahnya dalam berbagai gaya. Pameran ini bertujuan mengeksplorasi perbedaan kepekaan dan gaya masing-masing seniman, juga untuk meningkatkan hubungan kerjasama di antaranya. Bagian dari program International Exchange tahunan oleh ARCOLABS, pameran ini memperingati 25 tahun hubungan dialog antara Korea dan ASEAN. Seniman dari 10 negara anggota ASEAN dan Korea akan hadir pada upacara pembukaan dengan serangkaian pertunjukan yang menarik. Selama pameran, program publik seperti diskusi panel dan lokakarya grafiti jangan sampai dilewatkan.

Center for Art and Community Management Surya University is pleased to announce New Icon: Pop in Asia, a contemporary art exhibition featuring works by 13 Asian artists. Inspired and influenced by Pop Culture, the artists incorporate images and mass media mechanisms, and transform them into various styles. The exhibition aims to explore the differences in each artist’s sensibilities and styles, and also increase the connection and mutual collaboration amongst them. Part of the International Exchange program annually presented by ARCOLABS, this exhibition commemorates the 25th anniversary of the dialogue relation between Korea and ASEAN. Artists from 10 ASEAN member countries and Korea will present at the opening ceremony where a series of eye catching opening performances are scheduled. During the exhibition, public programs such as panel discussion and graffiti workshop should not be missed.  

Presenter : The Mission of the Republic of Korea to ASEAN
Organizer : Center for Art and Community Management, Surya University
Host : Salihara Gallery
Sponsor : Korean Cultural Center

Tanggal : 15 Agustus – 7 September, 2014
Tempat : Salihara Gallery, Jl. Salihara 16 Pasar Minggu, Jakarta Selatan 12520
Waktu : Senin ~ Sabtu 11:00 – 18:00 WIB  /  Minggu  11:00 – 15:00 WIB

Kurator : Jeong-ok Jeon
Seniman : 13 seniman dari Korea dan 10 negara ASEAN
Lee Hyunjin, Lee Wan (Korea Selatan), Serrum, Stereoflow (Indonesia), ISE (Malaysia), PHUNK (Singapura), Yuree Kensaku and Maythee Noijinda (Thailand), Sam Siren (Brunei Darussalam), Sokuntevy Oeur (Kamboja), Ole Viravong Scovill (Laos), Arker Kyaw (Myanmar), Thomas D. Daquioag (Philippines), Ngoc Vo (Vietnam)

ACARA

Pembukaan:
Jumat, 15 Agustus, 17:30 WIB

Penampilan Pembuka:
Music mix by DJ Heru
Live performance by Thomas D. Daquioag

Diskusi Panel:
Towards the Future of Indonesian Pop Culture, Sabtu, 30 Agustus, 2014, 15:00 – 17:00 WIB

Program Workshop: workshop berbayar
“Graffiti” oleh Stereoflow
Kamis, 4 September, 2014, 14:00 – 16:00 WIB

View Artwork, Click Below

TENTANG PAMERAN
Seni telah bermetamorfosis secara dinamis melalui penggunaan berbagai media. Dengan menggabungkan media baru seperti fotografi, video dan komputer, seni telah mampu memperluas batas ekspresi di luar tradisi yang umumnya diwakili oleh lukisan dan patung. Seni kontemporer kemudian lebih aktif menggabungkan berbagai media massa di luar hal tersebut, beberapa di antaranya adalah bentuk populer dari media termasuk film, komik, iklan, animasi dan majalah. Paparan media massa bagi seniman kontemporer dapat dilihat sebagai suatu fenomena yang tidak dapat dihindari dan itu hanya karena media tersebut mudah diakses oleh para seniman, tetapi juga para seniman telah tumbuh dalam dunia yang dipenuhi dengan imaji budaya populer yang diproduksi oleh iklan, kampanye, ikon publik, merek dan merchandise.

Para seniman dalam pameran ini mengekpresikan ketertarikan akan media massa dan budaya populer dalam berbagai cara: beberapa mengapropriasi metode gambar massal diproduksi, beberapa diantaranya mengungkapkan cara budaya populer mempengaruhi gaya hidup lokal dan tradisional, beberapa menguji gagasan antara seni dan barang dagangan dan lain-lain, sebagai produsen budaya, membuat gambar dan cerita dari subkultur sebagai pokok tema mereka. Sebagai kata kunci untuk memahami seni kontemporer, seniman pada pameran ini menunjukkan cara media massa mempengaruhi atau berhubungan dengan penciptaan seni rupa kontemporer Asia. Yang patut diperhatikan adalah bahwa para seniman tampaknya berurusan dengan sesuatu yang dangkal, tetapi sebenarnya mereka semua memperhatikan masalah yang paling mendalam dan universal yang dihadapi umat manusia.

Sebagaimana Pop Art dimulai di Barat dengan membawa gambar kehidupan sehari-hari kembali ke kanvas dan objek tiga dimensi, para seniman dari pameran ini juga mengekspos gambar komoditas sehari-hari bagi mata publik. Menjadi penjelajah kehidupan sehari-hari kita, para seniman mengulik bahkan benda kecil atau situasi kehidupan yang tampaknya terlalu biasa untuk diperhatikan oleh orang-orang. Namun, apa yang menarik dalam mode pop art ini adalah bahwa tidak seperti Pop Art Barat yang diwakili oleh seniman seperti Andy Warhol dengan perlakuannya terhadap gambar tampaknya menghilangkan segala kesan makna dengan menggunakan metode produksi mekanik, sehingga hanya terefleksi ke dalam cermin tanpa interpretasi apapun, para seniman Asia menghapus jarak antara gambar biasa dan diri mereka sendiri dalam rangka menggambarkan kepribadian dan emosi pada saat mereka berinteraksi dengannya.

New Icon: Pop in Asia adalah kesempatan untuk mengeksplorasi isu seputar seni kontemporer. Dengan menjelajah kembali kehidupan dan budaya masyarakat melalui lensa seniman kontemporer Asia, pameran berharap audiens akan mencari sensibilitas berbeda yang tercermin dalam seni rupa kontemporer Asia dan metode mempopulerkan seni. Menimbang bahwa seni kontemporer adalah sebagian besar pop art yang berkaitan dengan publik dan media, pameran ini tidak mengusulkan jenis Pop Art baru, melainkan mencoba menyajikan rasa seni kontemporer yang berkaitan erat dengan kehidupan kita sehari-hari dan juga menunjukkan perspektif yang berbeda dari para seniman yang memiliki latar budaya beragam. Dalam hal ini, New Icon bukanlah kerinduan atau penyembahan ikon populer seperti Marilyn Monroe atau Mona Lisa, tetapi hal baru yang berasal dari perbedaan yang dibuat oleh dinamika seni yang pada gilirannya memberikan kita sikap baru dan kritis terhadap zaman kita.

ABOUT THE EXHIBITION
Art has been dynamically metamorphosed by means of the use of various media. By incorporating new media such as photography, video and computer, art has been able to expand its boundaries of expression beyond the tradition that was mainly represented by painting and sculpture. Contemporary art then more actively incorporates numerous mass media beyond the aforementioned, some of which are popular forms of media including film, comics, advertisements, animation, and magazines. Exposure to mass media by the contemporary artist can be seen as an unavoidable phenomenon, and it is not only because those media are easily accessed by the artists, but also those artists have grown up in a world that is overflowing with images of popular culture produced by advertisements, campaigns, public icons, brands and merchandise.

Artists in this exhibition express their interest in mass media and popular culture in a variety of ways: some appropriate the method in which the mass images are produced, some reveal the way in which popular culture influences local and traditional life styles, some challenge the notion between art and merchandise, and others, as producers of culture, create the images and stories of the sub-culture as their main subject matter. As the keyword for understanding contemporary art, the artists of this exhibition demonstrate the way in which the mass media affects or relates to the creation of Asian contemporary art. What is noteworthy is that the artists appear to be dealing with something superficial, but in fact they all pay attention to the most profound and universal issues facing humankind.

As Pop Art that began in the West brought images of everyday life back to the canvas and three dimensional objects, the artists of this exhibition also expose the images of everyday commodities to the eyes of the public. Becoming explorers of our daily lives, the artists reveal even small objects or life situations that seem to be too mundane to be noticed by people. However, what is interesting in this mode of pop art is that unlike Western Pop Art represented by artists like Andy Warhol whose treatment of the images seem to eliminate any sorts of impressions by means of mechanical production method, so that they appear to be merely reflected onto a mirror without any interpretation, these Asian artists remove the distance between the mundane images and themselves in order to visualize their personalities and emotions as they interact with them.

New Icon: Pop in Asia is an opportunity to explore issues around contemporary art. By reexamining the life and culture of society through the lenses of Asian contemporary artists, the exhibition hopes that the audience will seek the distinct sensibility reflected in Asian contemporary art and the methods of popularizing art. Considering that contemporary art is mostly pop art as it relates to the public and the media, this exhibition is not suggesting a new type of Pop Art, but rather it attempts to present a contemporary sense of art that is closely related to our daily lives and also suggests the different perspectives of the artists who have diverse cultural backgrounds. In that sense, New Icon is not a longing for or worship of popular icons such as Marilyn Monroe or the Mona Lisa, but it is the novelty which comes from the differences made by the artistic dynamics which in turn provides us with a new and critical attitude towards our age.